Translate

Kamis, 28 Mei 2015

MENGAPA TAKUT?



Mazmur 91 : 1 -13


Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, (ay.5)



Ketakutan adalah sesuatu yang manusiawi. Rasa takut diperlukan untuk memperingatkan kita akan bahaya yang ada di sekitar kita. Namun jika berlebih-lebihan maka ketakutan itu sudah tidak sehat dan akan membelenggu hidup kita, juga dapat merusak kedamaian dan keutuhan internal dalam diri kita, bahkan bisa sampai melumpuhkan. Rosevelt berpendapat, ‘tidak ada apapun yang mesti kita takuti, kecuali ketakutan itu sendiri". 

Israel sudah mengalami ketakutan. Selain ancaman bangsa sekitar, juga bahaya lain seperti wabah penyakit sampar penyakit menular, yang setiap saat dapat merenggut nyawa siapa saja (ayat 3,5,6). Pemazmur mengajak umat untuk mengatasi rasa takut yang besar dengan jaminan keamanan dan perlindungan di dalam Allah (ayat 2). Allah dengan perisai dan tembok membentengi umat-Nya dari segala yang jahat dan yang mengancam (ayat 3-13).

Pemazmur mengaitkan perlindungan bukan dengan tempat atau dengan keadaan melainkan dengan pribadi Allah sendiri yaitu Allah yang begitu mengasihi. Ini adalah pernyataan yang mengantar kita sampai pada tujuan. Tidak ada perlindungan yang lebih sempurna dibandingkan dengan perlindungan dari Tuhan. Karena itu, kita tidak boleh mengandalkan kekuatan sendiri, atau yang lain. Tetapi andalkanlah Tuhan diatas segalanya.

Ancaman demi ancaman yang kita alami bisa mendatangkan ketakutan bagi kita. Jangan panik dan tetaplah tenang menghadapinya. Jadikan Allah sebagai tempat bernaung. Allah yang murah hati dan penyayang selalu menolong kita lebih dari kita sadari. Yakinlah bahwa perlindungan Tuhan selalu nyata di dalam setiap langkah hidup kita.

Mari kita tingkatkan persekutuan pribadi kita dengan-Nya; andalkan Tuhan dan alami kuasa-Nya yang menghalau berbagai bentuk ancaman yang menakutkan.


Haleluya
Amin.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber:
disadur dari Renungan dalam Warta Jemaat mingguan GPIB Paulus Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar